Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Dan Jenis Konsep Akuntansi

Pengertian Dan Jenis Konsep Akuntansi
credit:instagram@financialforbes

Apa itu Konsep Akuntansi?

Konsep akuntansi didefinisikan sebagai aturan, asumsi, dan prinsip dasar yang berfungsi sebagai dasar penyusunan akun dan pembukuan transaksi bisnis.

Akuntansi merupakan suatu proses menganalisis, mengklasifikasi, meringkas, dan mencatat data sehingga menjadi bermanfaat bagi perusahaan dan pihak yang berkepentingan didalamnya. Dalam akuntansi, ada beberapa konsep akuntansi banyak digunakan.

Konsep akuntansi merupakan daftar aturan yang dapat digunakan oleh akuntan dalam bentuk pedoman untuk mengelola akun yang terkait dengan transaksi keuangan dalam situasi akuntansi yang berbeda.

Konsep lebih lanjut mengenai akuntansi telah diintegrasikan ke dalam standar akuntansi yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap pengguna yang menerapkan standar tidak menemukan konsep akuntansi yang saling bertentangan.

Ini merupakan sejumlah konsep yang harus dipahami oleh seseorang untuk melakukan akuntansi dengan benar. 

11 Jenis Konsep Dasar Akuntansi, antara lain:

Pengertian Dan Jenis Konsep Akuntansi
credit:instagram@kseiakses

1. Badan Usaha

Dalam konsep akuntansi ini dinyatakan bahwa baik pelaku usaha maupun pemilik usaha merupakan dua hal yang terpisah satu sama lain. Bisnis (usaha) sepenuhnya terpisah dari pemiliknya.

Itulah alasannya mengapa menjadi kewajiban untuk mencatat semua jenis transaksi di akun bisnis, bukan di akun pemilik. Sangat penting untuk mencatat semua transaksi dengan benar tanpa efek apa pun pada pemilik bisnis.

2. Konsep Going Concern

Menurut konsep going concern ini, diumpamakan bahwa bisnis harus tetap melanjutkan usahanya dan memenuhi semua kewajibannya. Dengan kata lain, laporan keuangan suatu bisnis dicatat dengan asumsi bahwa bisnis tersebut akan terus beroperasi sampai periode yang tidak ditentukan.

Dalam konsep going concern ini, semua aset dan kewajiban bisnis diakui berdasarkan produktivitas bisnis dan bukan pada realisasi saat ini.

3. Konsep Pengukuran Uang

Dalam konsep akuntansi, semua jenis transaksi harus dicatat dalam bentuk uang. Ini berarti dalam laporan keuangan, dan buku akuntansi harus hanya memuat nilai kuantitatif, bukan nilai kualitatif.

Karena konsep akuntansi ini, semua aset tetap bisnis, seperti tanah, bangunan, mesin, dan sebagainya, diukur dan dicatat dalam bentuk uang, bukan dalam jumlah area. Dan itu artinya, dalam bisnis sangat penting untuk menjaga nilai moneter.

4. Konsep Biaya

Dalam bisnis, akuntansi bekerja berdasarkan biaya historis. Maksudnya adalah, ketika beberapa tanah atau bangunan, atau mesin dibeli dalam bisnis, jumlah yang dicatat adalah jumlah pembelian pada saat itu.

Dengan demikian, semua transaksi yang dicatat dalam pembukuan didasarkan pada biaya historis dan bukan pada biaya sekarang. Setelah mencatat pembelian aset, penyusutan dilakukan pada aset tersebut untuk mengetahui nilai saat ini dari aset tertentu.

5. Konsep Periode Akuntansi

Dalam konsep ini, bisnis dianggap sebagai badan operasi, pembelian, penjualan, dan investasi secara teratur hingga periode yang tidak ditentukan. Artinya, untuk memastikan posisi bisnis, penting untuk menjaga laporan akuntansi periode tertentu.

Periode tersebut dikenal sebagai periode akuntansi. Periode akuntansi biasanya 365 hari atau 52 minggu. Dan idealnya, dimulai pada 1 April serta berakhir pada 31 Maret. Di beberapa jenis bisnis, periode akuntansi mungkin saja dalam rentang waktu 3 bulan atau 6 bulan.

6. Konsep Aspek Ganda

Konsep ini dianggap sebagai salah satu konsep dasar akuntansi. Setiap bisnis bekerja pada aspek, yaitu memberi dan menerima. 

Itulah sebabnya, ketika ada transaksi yang dicatat, maka itu kemudian memiliki efek ganda pada bisnis. Misalnya, ketika sebuah bisnis membeli aset, maka aset itu masuk, dan uang tunai keluar.

Jadi, ketika mencatat transaksi ini dalam pembukuan, aset akan bertambah, dan kas akan berkurang.

7. Konsep Kesesuaian 

Koordinasi dengan aturan adalah pembukuan. Sangat penting bahwa biaya yang ditimbulkan selama suatu periode harus dicatat pada periode yang sama di mana pendapatan terkait diperoleh. Aturan ini memandang bahwa organisasi harus menyebabkan biaya untuk memperoleh pendapatan.

Ini adalah salah satu prinsip penting dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Koordinasi dengan aturan tergantung pada keadaan dan hubungan hasil logis. Dalam hal tidak ada keadaan dan hasil yang logis, pemegang buku akan segera membebankan biaya ke biaya.

8. Konsep Realisasi

Sesuai dengan konsep realisasi, maka diasumsikan bahwa pendapatan baru dikatakan terealisasi pada saat Anda menerimanya. Sampai saat itu belum terjadi, maka pendapatan tersebut dikatakan belum terealisasi. 

Misalnya, jika sebuah bisnis menjual produk kepada pelanggan secara kredit, dan uangnya belum diterima, maka jumlahnya tidak dapat dianggap sebagai pendapatan.

Disisi lain, jika kemudian pelanggan melakukan pembayaran di muka untuk produk apapun, tetapi kepemilikan produk belum beralih ke pelanggan, maka Anda tidak dapat memperlakukan uang ini sebagai uang yang diperoleh. Hanya pendapatan dan pendapatan tersebut yang dapat diperlakukan sebagai pendapatan saat direalisasikan.

9. Konsep Persamaan Neraca 

Konsep ini dianggap sebagai perpanjangan dari konsep pencocokan. Dalam konsep ini, ada persamaan neraca yang harus dipenuhi untuk memperlakukan neraca dengan benar. Dengan kata lain, semua kewajiban dan aset harus sama untuk memenuhi neraca.

Contohnya, jika bisnis membeli aset untuk? 1.000.000 secara kredit, maka sisi aset akan bertambah? 1,00,000, dan sisi kewajiban juga akan meningkat dengan 1,00,000. Dengan demikian, baik sisi aset dan liabilitas cocok. Jika tidak cocok, maka ada beberapa kesalahan atau kelalaian dalam pembukuan.

Oleh karena itu, persamaan jika neraca adalah:

Beban (penambahan) Rugi (penambahan) Harta = Pendapatan (penambahan) Keuntungan (penambahan) Kewajiban

10. Konsep pembuktian yang dapat diverifikasi dan obyektif

Dalam dunia akuntansi, dikatakan bahwa semua transaksi dan syarat-syarat yang dicatat dalam pembukuan harus dapat diverifikasi. Semua transaksi yang dilakukan dalam pembukuan oleh perusahaan harus memiliki beberapa bukti yang dapat dibenarkan dari transaksi tersebut.

Jika tidak ada bukti yang ditemukan untuk salah satu transaksi dalam pembukuan, maka itu akan dianggap sebagai transaksi yang salah. 

Ketika seorang auditor datang untuk memeriksa rekening perusahaan, maka dia harus memverifikasi semua transaksi yang dicatat, dan tujuan dari transaksi tersebut harus ada. Dengan demikian, perusahaan perlu membuat akun mereka bebas dari kesalahan dan menyimpan bukti setiap transaksi.

11. Konsep Akuntansi Akrual

Menurut konsep akuntansi akrual, pendapatan seharusnya diakui pada saat diperoleh, sedangkan di sisi lain beban harus diakui pada saat aset dikonsumsi secara penuh.

Konsep ini akan memandu situasi ketika bisnis dapat mengakui laba dan rugi secara akrual berdasarkan kas yang diterima dari pelanggan atau jumlah uang yang dibayarkan kepada pemasok dan karyawan. Auditor juga harus mengesahkan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan konsep akrual.

Itulah uraian mengenai pengertian dan jenis konsep akuntansi, saya harap Anda dapat memahami peran konsep-konsep ini dalam membentuk dasar akuntansi keuangan.

Konsep - konsep akuntansi tersebut sangat berguna dalam mengumpulkan, mengelola, meringkas, dan menyajikan informasi keuangan yang terkait dengan transaksi bisnis.

Posting Komentar untuk " Pengertian Dan Jenis Konsep Akuntansi"